Untuk Heavenly_man
Saya kritik sedikit boleh kan?
Jaman sekarang, TUHAN berbicara melalui Firman-Nya yang tertulis=Alkitab. Sewaktu kita datang beribadah, maka dua orang saja berkumpul untuk niat ini, TUHAN sudah hadir. Hadirat TUHAN sama sekali tidak ada kaitannya dengan "performance" musik, tetapi kalau fasilitas itu ada, ya baiklah kita memainkannya dengan baik. Element utama ibadah adalah penyampaian Firman Tuhan, karena Ia ingin orang yang datang beribadah mendengarkan Firman-Nya, dan ROH KUDUS akan memberikan pencerahan-Nya untuk memperbaharui akal budi kita. Semuanya itu adalah dalam hadirat-Nya yang yang maha kudus, yang telah terbuka lebar oleh pengorbanan Kristus; jadi tidak memerlukan siapa-siapa lagi untuk membawanya, apalagi merasa bertanggung jawab atas mengalir atau tidaknya ROH KUDUS! Baik buruknya elemen-elemen lain dalam ibadah, seharusnya tidak akan mengurangi wibawa Firman yang disampakan hamba-Nya. Tanggung jawab terbesar dalam ibadah itu ada pada penyampaian Firman itu sendiri, yang harus disampaikan sedekat mungkin dengan apa yang ingin disampaikan TUHAN melalui Firman-Nya itu (Alkitab). Hal ini tidaklah tergantung pada naik turunnya "mood" atau "feel" dari pemusik. Hati-hati ..., jangan sampai pemusik dan WL mengambil alih porsi yang diperuntukan untuk TUHAN; apalagi bila berpikiran bahwa manifestasi kemuliaan TUHAN akan terjadi apabila musik sehati. Bagi saya bukan musiknya, tetapi pengertian pujian dan penyembahan yang ditanamkan kepada Jemaat itu yang perlu dikaji ulang.
Untuk the_york
Di dalam kelas-kelas musik, saya sering dengar pengarahan-pengarahan yang berkaitan dengan teknik-teknik pengulangan dan mengakhiri sebuah lagu, dengan tujuan agar jemaat mencapai "klimaks" berkali-kali. Lalu pengajar lainnya memperlengkapi WL dengan beberapa gaya (mirip aerobik atau panggung anak-anak), lengkap dengan contoh-contoh kalimat yang menggugah, untuk mempengaruhi baik kekhusyukan maupun antusiaisme jemaat dalam
bernyanyi menyembah. Apakah ini yang dimaksudkan dengan membawa jemaat ke dalam penyembahan dalam Roh dan kebenaran?
Masukan saya adalah: sewajarnya sajalah, performance itu baik tetapi jangan sampai jadi obsesi. Tulus saja untuk TUHAN. Lain-lainnya, setujulah dengan yang disampaikan rekan-rekan lainnya, termasuk yang juga disampaikan Heavenly_man, kecuali mengenai pandangannya yang berkaitan dengan kritikan saya di atas. Tambahan dari saya: buanglah jauh-jauh pemahaman bahwa Anda ini adalah imam musik, seperti jaman Perjanjian Lama, jaman itu keberadaan mereka terkait dengan hadirat TUHAN. Tetapi sekarang hadirat TUHAN sudah terbuka bagi siapa saja karena pengorbanan Kristus!, bukan Anda. Jadi kalau Anda ingin disebut sebagai imam musik, dan merasa bahwa Anda ikut andil dalam memanifestasikan kemuliaan TUHAN, atau bertanggung jawab untuk membawa masuk Jemaat ke dalam hadirat TUHAN; maka Anda bukan saja diintai dengan motif yang sama dengan Lucifer, tetapi Anda terang-terangan menyatakan bahwa Anda menggantikan Kristus yang telah menjadi imam bagi setiap orang percaya! Renungkan hal ini dan ..... BERTOBATLAH! BER ... TO ... BAT ... LAH !!!
Dan ini tips saya buat Anda untuk mengetahui apakah Anda berhasil membangun persepsi Jemaat TUHAN terhadap pujian dan penyembahan: cobalah sekali waktu anda memimpin dengan musik dan yel-yel yang minim, sambil sekali-kali mengarahkan Jemaat untuk memuji kebesaran Tuhan dengan segala ucapan syukur yang dapat terdengar, dengan menggunakan akal budi mereka (kata-kata yang jelas). Bagaimana hasilnya? Disini Anda akan melihat apakah Anda telah menyebabkan pergeseran pujian dan penyembahan dari kesadaran akan hadirat TUHAN yang sesungguh-Nya (yaitu di hati mereka, tetapi mungkin sudah dibutakan), kepada sesuatu yang hanya berupa "mood" atau "feel". Buktikanlah! Karena ini adalah tanggung jawab Anda di hadapan TUHAN!
Untuk And! Sejauh itu saya sependapat.
