posting pertama ini diambil dari
http://www.sarapanpagi.org/sabat-vt311.htmlcuma skedar share saja
Sabat dan Adventis
Menyambung artikel soal SABAT dan RASUL, ada baiknya membahas masalah Sabat dan ajaran Advent Hari Ke-Tujuh yang merayakan Sabat itu pada saat ini.
Dari artikel terdahulu kita mengetahui, bahwa sekalipun umat Kristen telah bertumbuh dalam pengertian ‘Sabat Perjanjian Baru’ yaitu
- pergeseran dari pengertian Sabat lahiriah kepada ‘Sabat rohaniah,’
- hari Sabtu Yahudi menjadi ‘hari pertama Minggu’ Kristen,
- Sabat Taurat yang membebani manusia menjadi ‘Sabat Yobel (tahun rahmat) Tuhan yang membebaskan manusia,’
- dan bayangan Sabat menuju pribadi ‘YESUS yang adalah KRISTUS dan Tuhan yang telah bangkit,’ sejak awal sejarah gereja memang selalu ada kelompok tertentu yang ingin menjalankan hukum Taurat tertentu seperti soal makanan dan hari Sabat secara ketat. Ini dapat kita lihat dalam kelompok Nasrani pengikut Yakobus yang “rajin memelihara hukum Taurat dan bernazar” (Kis.22:19-26;24:5).
Di kalangan Kristen ada tiga kecenderungan, yaitu:
(1) Mayoritas yang menyadari hakekat Sabat yang sebenarnya dan beribadat di hari Minggu, bukan sebagai Sabat menurut pengertian Farisi dan ahli Taurat, namun sebagai ‘Sabat Yobel Tuhan’ yang membebaskan dan memberi damai sejahtera;
(2) Kelompok ‘Sabbatarian’ yang menjadikan hari Minggu sebagai layaknya Sabat Yahudi; dan
(3) Yang tetap menjalankan Sabat Yahudi di hari Sabtu. Dalam kelompok terakhir ini kita lihat misalnya kelompok Puritan termasuk ‘Seventhday Baptists’ dari Bohemia (mayoritas orang Baptis termasuk ‘firstday Baptists’), yang kemudian mempengaruhi ‘Seventhday Adventists.
Ketika berdiri, gereja Adventis tidak merayakan Sabat Sabtu melainkan sama-sama dengan gereja Kristen melakukan kebaktian pada hari Minggu. Pendiri Adventisme adalah Willliam Miller (lahir 1782) yang semula sangat tertarik filsafat modern kemudian berbalik tertarik berita Alkitab khususnya soal nubuatan, dan berpendapat bahwa Alkitab menubuatkan akhir dunia dan kedatangan YESUS ke-2 kali melalui Dan.8:14 yang menyebutkan masa 2300 petang dan pagi dimana ‘Rumah Tuhan akan ditahbiskan.’ Menurutnya hukuman 490 tahun berakhir ketika Ezra kembali ke Yerusalem pada 457sM, karena itu masa kedatangan YESUS ditafsirkan sebagai 2300 – 457 menjadi tahun 1843 (berdasarkan ayat Bil.14:34;Yeh.4:6, yang menyebutkan satu hari dihitung satu tahun).
Keyakinan pendiri Adventisme itu didasarkan keyakinan bahwa pada masa kini Tuhan masih memberikan nubuatannya kepada orang-orang pilihannya termasuk Miller. Namun ternyata wahyu itu meleset dan ketika tahun itu datang, tidak terjadi apa-apa. Banyak orang telah berhenti dari pekerjaan dan menjual harta benda mereka menjadi kecewa karena menjadi korban fantasi manusia. Sebenarnya Miller akhirnya mengakui kekeliruannya kepada umum dan tidak lagi berani mereka-reka tahun kedatangan Tuhan, namun ia masih memiliki pengharapan menantikan kedatangan YESUS (= Advent) dan para pengikut itu tetap berbakti di hari Minggu, itulah sebabnya para pengikut itu bergabung dalam gereja ‘Evangelical Adventists’ dan ‘Advent Christian Church’.
Ada pengikut lain yang menganggap bahwa perhitungan itu boleh dan harus dilakukan. Hiram Edson (1806-1882), tokoh Adventis lainnya, berkesimpulan bahwa “pada tanggal 22 Oktober 1844 KRISTUS memang mulai bertindak tetapi bukan turun ke dunia tetapi memasuki ruang maha Suci Bait Allah di sorga.” Dibawah kepemimpinan
Mrs. Ellen Gould White dianggap kedatangan Tuhan YESUS dan akhir zaman akan tiba tanggal 22 Oktober 1844. Tanggal itu dianggap sebagai tanggal ‘Allah menutup pintu anugerah’ dan yang dianugerahi
hanya orang Adventis yang menantikan kedatangan-Nya. Ketika tanggal itu Tuhan YESUS tidak datang juga, tanggal itu diberi pengertian baru yaitu bahwa Tuhan YESUS memasuki ‘tempat yang mahasuci’ untuk menguduskan gerejanya. Gereja-gereja Kristen tidak ikut dalam pengudusan itu karena mereka tidak menantikan tanggal 22 Oktober 1844, dan hanya mereka yang menerima amanat White-lah yang akan menerima pengudusan.
Tanggal 22 Oktober 1844 yang
gagal memenuhi nubuatan semua disebut orang sebagai
‘Hari Kekecewaan Agung’. Menarik untuk mengamati bahwa sekalipun berkali-kali nubuatan tidak terpenuhi Adventis tradisional tetap percaya akan perhitungan 2300 tahun itu, dan dalam ‘Penuntun Dasar Untuk Pemahaman Alkitab’ (Harold E. Metcalf) yang dijilid menjadi satu dengan Alkitab terbitan LAI yang dicetak atas pesanan GMAHK (Gereja Masehi Advent Hari Ke-Tujuh), ajaran mengenai perhitungan tahun ini masih dipertahankan yaitu menunjuk tahun 1844 (h.64-67).
Soal Sabat baru berkembang diajarkan oleh tokoh Adventis lainnya yaitu Joseph Bates (1792-1872). Bates menekankan pemeliharaan Sabat dan kehidupan yang suci (tidak merokok, minum alkohol, teh dan kopi, nonton, dan makanan haram) sebagai penyucian Bait Suci karena tubuh manusia adalah Bait Suci. Bila Miller menekankan ajaran pada kedatangan YESUS ke-dua kali,
]Mrs. White terpengaruh aliran ‘Seventhday Baptists’ dari Bohemia, mulai menekankan
pemeliharaan ‘Sabat’ sebagai pusat ajaran, itulah sebabnya kemudian pengikut White disebut sebagai
‘Seventhday Adventists’ (Advent Hari Ke-tujuh) atau
‘Twentieth Century Judaism’ yang mengembalikan Yudaisme.
Mrs. White (1827-1915)
mengemukakan bahwa pada tanggal 3 April 1847, ia melihat Firman Allah yang sepuluh itu tercantum diatas dua keping batu. Dalam visi mana ia melihat firman ke-IV tentang Sabat disinari terang yang luar biasa.
Ia mengatakan bahwa ke-Paus-an telah merubah hari Sabat itu menjadi Minggu. Mrs. White
menuduh bahwa perayaan hari Minggu diatur oleh kaisar Konstantin dan direstui Paus.
Menurutnya pengabaian Sabat adalah dosa yang paling besar dari segala dosa, dan dosa itu dilakukan oleh gereja-gereja. Pada waktu Allah datang untuk menguduskan ruang mahasuci, Ia akan menghukum mereka karena dosa itu.
Ajaran Sabat itu kemudian menjadi ajaran sentral dan menjadi
tanda ‘keterpilihan’ kaum Adventis.Benarkah bahwa pengabaian hari Sabat adalah dosa?
Kita dapat melihat bahwa baik YESUS dan para murid-Nya sering mengabaikan Sabat dan disalahkan oleh orang Farisi dan ahli Torat yang menafsirkan Sabat secara lahiriah dan sempit. Dalam hal ini ada paradox yang dilakukan Tuhan YESUS. Di satu sisi Ia menyalahkan orang Farisi yang mengerti hukum Sabat secara lahirah dan sempit, di segi lain
Ia menyatakan diri-Nya sebagai ‘Sabat Yobel’ yang sebenarnya.Apakah umat Kristen yang berkumpul di hari Minggu berdosa
melanggar hukum Tuhan seperti yang dikritik Mrs. White?
Apapun komentar dan kritik manusia, - Tuhan YESUS sendiri telah hadir dan merestui berkumpulnya umat Kristen pada hari Minggu (Luk.24:13-35;Yoh.20:19-23;Yoh.20:24-29),
- bahkan mengaruniakan mereka dengan ROH KUDUS (Yoh.20:22). - Demikian juga di hari Pentakosta yang jatuh pada hari Minggu, dalam perkumpulan umat Kristen, Tuhan YESUS membaptiskan mereka dengan ROH KUDUS (Kis.1:8;2:1-4). - Tuhan YESUS bukan saja menghadiri dan merestui mereka yang berkumpul di hari Minggu (dan tidak pada hari Sabat) - tetapi Tuhan YESUS juga mengaruniakan ROH KUDUS dan membaptiskan murid-murid-Nya dengan ROH KUDUS pada saat mereka berkumpul di hari Minggu. - Kita dapat membaca kotbah Minggu yang terkenal yang disampaikan oleh Petrus (Kisah.2) yang memberitakan, bahwa: “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat YESUS, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan KRISTUS.” (Kis.2:36).
Lalu bagaimana dengan ayat ‘Allah menguduskan hari Sabat’ (Kej.2:3)? Memang benar bahwa Yahweh menguduskan hari Sabat,
namun perjanjian untuk mememelihara Sabat tidak diberikan sebagai janji kepada Adam dan Nuh (untuk umat manusia) melainkan baru dinyatakan sebagai Perjanjian kepada Musa untuk dirayakan oleh umat Israel (Kel.20/Ul.5).
Umat Farisi dan ahli Taurat telah menafsirkan dan membuat hari Sabat menjadi beban bagi manusia dan perbudakan dengan adat-istiadat yang mereka perintahkan.
Pengudusan Sabat bagi mereka bukanlah pengudusan tetapi lebih merupakan pelecehan hari Sabat. Itulah sebabnya Tuhan YESUS mengkritik mereka. YESUS adalah Allah dalam keesaan Tritunggal, maka karena Ia adalah Tuhan atas Sabat, otoritasnya untuk
mengembalikan Sabat kepada arti sebenarnya perlu kita dengar.Tuhan YESUS telah menyatakan dirinya sebagai ‘Sabat Yobel’ yang ‘mendatangkan rahmat Tuhan’ dan ‘damai sejahtera’ bagi manusia. Ia adalah Sabat (katapausis dalam Mat.11:28) bagi kita.
Karena itu umat Kristen perlu menguduskan ‘hari Sabat’ bukan dalam pengertian orang Farisi dan ahli Taurat yang melarang orang bekerja atau berjalan jauh, tetapi kita menguduskan hari Sabat dengan menerima anugerah keselamatan dan damai sejahtera Tuhan YESUS KRISTUS dengan bersyukur dan menjalankan hidup yang berkenan kepada-Nya dalam iman, pengharapan dan kasih.
Umat Adventis tradisional hidup dalam iman mendua,
di satu segi mereka menerima ‘Anugerah Allah dalam Tuhan YESUS KRISTUS yang menyelamatkan,’ namun
disegi lain masih beranggapan bahwa tidak merayakan hari Sabat adalah dosa, yang berarti bahwa mereka belum menerima penebusan Tuhan YESUS KRISTUS secara penuh, dan masih harus ada usaha manusia dengan cara memelihara Sabat dan hidup tanpa cacat cela termasuk memakan makanan halal.
Dengan kata lain, bila mereka tidak melakukan hal-hal itu maka ‘penebusan Tuhan YESUS KRISTUS’ tidak bermakna penuh.
Kita mengucap syukur, bahwa dalam beberapa dasawarsa terakhir ini ada kecenderungan sebagian kalangan Seventhday Adventist untuk mendekati pengajaran Kristen Konservatif dalam hal-hal kepercayaan mereka mengenai hukum Taurat termasuk Sabat dan mereka kembali membentuk gereja ‘Evangelical Adventists,’ sehingga makin jelas terlihat bahwa tidak semua kaum Adventist memelihara hukum Taurat termasuk Sabat dan ada yang cenderung kembali kepada Injil Anugerah.
Apakah ini berarti bahwa umat Kristen bebas berperilaku di hari Minggu? Tentunya tidak,
sebab menguduskan Sabat, disamping mensyukuri dan menerima Tuhan YESUS yang adalah Sabat kita, kita harus berbuahkan perilaku yang baik dan berkenan kepada Allah karena itulah ibadat kita yang sejati (Rm.12:1-2), dan tidak menjadikan hari Minggu sebagai hari untuk mengejar harta kekayaan atau berpesta-pora, melainkan hidup berbuahkan iman, kasih dan pengharapan, dan menjadikan hari Minggu sebagai saat terbaik dalam seminggu untuk melakukan evaluasi mingguan dan memperbaharui tekad kita dalam beriman dan melakukan kehendak Tuhan YESUS KRISTUS dan hidup secara patut
pada setiap hari umumnya dan pada hari Minggu khususnya, sambil meneruskan misi Sabat YESUS dalam mendatangkan pembebasan dan damai sejahtera kepada sesama kita.
Salam kasih dari Herlianto/YABINA ministry