Respon untuk saudara Cosmic Boy :
Saudara ku, permasalahan pemahaman Hakikat dan Eksistensi Allah ini, sebenarnya terjadi sebagai akibat kekeliruan dalam memahami makna
HAKIKAT/SUBSTANSI dengan
EKSISTENSI / PERSONALITY.Substansi / Hakikat adalah
BERBEDA dengan Eksistensi / Personality ==> Ini dulu yang harus kita pahami, Mengapa ? Eksistensi / Personality TIDAK AKAN PERNAH ADA, jika Substansi / Hakikat itu tidak ada, tetapi sebaliknya jika Substansi / Hakikat itu ada, maka belum tentu Eksistensi / Personality itu ada.
Jadi berdasarkan perbedaan pemahaman Substansi / Hakikat dengan Eksistensi / Personality diatas, maka Substani / Hakikat dari pada Allah itu adalah : YHVH, dimana YHVH ini menyatakan diri dalam 3 Kepribadian yang berbeda, yaitu : Bapa, Anak dan ROH KUDUS. ==> Jadi, bukan ke-3 Kepribadian ini yang membuat
"ADANYA" YHVH itu, tetapi yang benar adalah sebaliknya, yaitu :
YHVH - lah yang mebuat ke-3 Kepribadian itu menjadi
"ADA". ==> Inilah yang dimaksutkan dengan MIAFISIT ==>
Artinya : Adanya YHVH dalam 3 Kepribadian yang Berbeda, dimana Otoritas YHVH SEBAGAI BAPA adalah berbeda dengan Otoritas YHVH sebagai ANAK. ==> Otoritas YHVH dikatakan SEBAGAI BAPA, sebab dari pada-Nya-lah segala sesuatu ini ada dan Otoritas YHVH sebagai Anak, sebab Ia datang untuk menyelamatkan manusia, serta Otoritas YHVH sebagai ROH KUDUS, sebab Ia menghibur dan menolong setiap orang yang percaya pada Yesus, sampai Yesus datang Sebagai Hakim dan Raja.
Nah, dari penjelasan diatas, maka Substansi / Hakikat dari pada Allah itu adalah :
TUNGGAL atau
ESA, yang bernama
YHVH ( sebelum menjadi manusia ) dan
Yesus ( setelah YHVH menjadi manusia ).
Contoh sederhana adalah :
SBY ( Substansi / Hakikat ) dan Presiden RI ( Eksistensi / Personality ) ==> SBY sebagai Presiden RI tidak akan pernah ada, jika Substansi / Hakikat SBY itu sendiri tidak ada, tetapi sebaliknya, sekalipun SBY sebagai Presiden RI itu tidak pernah ada, tetapi Substansi / Hakikat dari SBY itu sendiri tetap ada, hal ini dibuktikan bahwa SBY pernah tidak menjabat sebagai Presiden RI, tetapi sebagai Menteri ataupun Masyarakat biasa.
Kesimpulannya adalah :
Eksistensi / Personality
TIDAK HARUS melekat dengan adanya Substansi / Hakikat, tetapi Substani / Hakikat
dapat melahirkan Eksistensi / Personality.
Salam Kasih dalam Damai