-----------------------------------------------
Ini nilai yang tidak bisa dicapai oleh sebagian besar orang. Bagaimana menjadi seorang yang takut akan Allah, yang dalam segala hal menjaga perasaan Allah, hidup berkenan bagi Allah, dan ini tidak bisa dicapai dalam waktu singkat. Hendaknya kita menjadikan ini sebagai agenda satu-satunya dalam menjalani hidup. Untuk itu, kita hayati kehadiran Allah sampai kita tidak perlu lagi konsentrasi dalam menghayati kehadiran-Nya karena kita sudah dengan sendirinya bisa menghayati kehadiran Allah tersebut. Tidak usah konsentrasi, karena hal menghayati kehadiran Allah sudah merupakan hal biasa, dan dalam segala hal yang kita lakukan, kita selalu mempertimbangkan perasaan Allah. Secara otomatis kita bisa melakukan itu.
Kalau kita bisa hidup dengan cara demikian—yang disebut dengan hidup di hadirat Allah—nama kita pasti dikenal oleh Allah. Tapi bukan hanya diri kita. Anak cucu kita pun akan diingat dan dikenal oleh Allah. Dalam menghadapi dunia yang semakin sulit, semakin sukar, tidak menjanjikan ini, Tuhan tetap akan memprotek kita. Artinya, kesulitan yang kita alami pun menjadi cara Allah mempersiapkan kita untuk masuk ke Kerajaan Surga. Dan puji Tuhan, bukan hanya kita yang dipersiapkan untuk masuk langit baru bumi baru menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, tinggal di istana Tuhan Yesus, dan menikmati kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus, melainkan juga orang-orang yang kita kasihi. Tentu pasangan hidup, anak, cucu, menantu, juga sahabat-sahabat kita yang bersama-sama dengan kita melayani pekerjaan Tuhan.
Orang-orang yang mencintai Suara Kebenaran, yang bersama-sama bertumbuh, berkemas-kemas untuk menyongsong langit baru bumi baru adalah orang-orang yang menjadi masyarakat surgawi yang suatu hari akan bersama-sama dalam Kerajaan Surga. Dunia kita tidak menjanjikan. Kita tidak bisa optimis terhadap dunia. Dunia ini sudah begitu rusak, begitu tidak ideal untuk dihuni. Tetapi puji Tuhan, kita memiliki langit baru bumi baru. Kita optimis menyongsong langit baru bumi baru. Kita tidak optimis menyongsong yang lain. Optimisme kita hanya pada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Dalam menyongsong kehidupan ke depan yang buruk, makin berat, makin sulit–baik yang kita alami, maupun yang dihadapi oleh anak cucu dan orang-orang yang kita kasihi—kita percaya pemeliharaan, perlindungan Tuhan atas kita semua.
Oleh sebab itu, kita harus mengandalkan Tuhan dan bergantung pada-Nya. Lebih dari itu, yang harus kita ketahui adalah bagaimana supaya kita bisa menjadi orang yang layak dilindungi Tuhan, orang yang layak mengandalkan Tuhan. Siapa orang yang layak dilindungi Tuhan dan orang yang layak mengandalkan Tuhan? Mereka yang hidupnya hanya menyenangkan hati Allah, tidak hidup dalam percintaan dunia, dan tidak hidup dalam dosa, merekalah orang-orang yang berharga di hadapan Allah di bumi ini sampai kekekalan.