'Persembahan Persepuluhan' atau 'Perpuluhan' adalah salah satu topik yang paling peka dalam pengajaran gereja. Disatu sisi 'Persembahan Persepuluhan' harus diajarkan agar iman jemaat bertumbuh, tetapi di sisi lain pengajaran tentang 'Persembahan Persepuluhan' juga menimbulkan apatisme jemaat terhadap gembala-sidang/ pendeta, terutama terjadi pada jemaat Gereja Pentakosta. Hal itu terjadi kemungkinan karena banyak kasus manipulasi pengajaran 'Persembahan Persepuluhan' yang dilakukan oknum pendeta yang berusaha mendapatkan kekayaan duniawi bagi dirinya sendiri dengan dalih bahwa 'Persembahan Persepuluhan' itu diperuntukan bagi pekerjaan Tuhan.
Pengajaran tentang 'Persembahan Persepuluhan' akan dapat menumbuhkan iman jemaat, karena dengan melakukan 'Persembahan Persepuluhan' jemaat dilatih untuk mengasihi Tuhan, sebagai pengamalan Hukum Taurat seperti yang diajarkan Tuhan Yesus (Mat.22:37-40), yaitu: dengan cara 'Persembahan Persepuluhan' itu dikumpulkan oleh gereja dan kemudian disalurkan kepada masyarakat di lingkungan dimana gereja itu berada, untuk membantu orang-orang miskin atas nama gereja, bukan atas nama pendeta atau jemaat secara perseorangan.
Mat.22:37-40. Jawab Yesus kepadanya "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Kelebihan dari cara pendistribusian bantuan model ini adalah:
a. Jemaat tidak merasa bangga dengan dana yang dikeluarkannya melalui persembahan persepuluhan.
b. Orang miskin yang mendapatkan bantuan tidak mengetahui orang yang membantunya.
c. Nama Tuhan dipermuliakan dan memberikan kesaksian akan kasih Tuhan kepada mereka.
d. Jemaat yang bersangkutan imannya bertumbuh dan pada waktunya akan menghasilkan 'buah Roh' dalam hidup masing-masing jemaat, karena ia telah melakukan perbuatan kasih dengan suka-cita.
Persembahan persepuluhan mula-mula diperbuat oleh Abram bapak orang beriman itu, yang kemudian menjadi tradisi Yahudi dalam lingkungan Bait Allah (Tabernakel), dimana sebelas suku Israel memberikan sepersepuluh penghasilannya kepada suku Lewi yang diberikan tugas sebagai imam untuk menyelenggarakan upacara dalam Bait Allah.
Kej.14:18-20. Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.
Ul.18:1. "Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian milik pusaka bersama-sama orang Israel; dari korban api-apian kepada TUHAN dan apa yang menjadi milik-Nya harus mereka mendapat rezeki. Janganlah ia mempunyai milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya; TUHANlah milik pusakanya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadanya. Inilah hak imam terhadap kaum awam, terhadap mereka yang mempersembahkan korban sembelihan, baik lembu maupun domba: kepada imam haruslah diberikan paha depan, kedua rahang dan perut besar. Hasil pertama dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, dan bulu guntingan pertama dari dombamu haruslah kauberikan kepadanya. Sebab dialah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu, supaya ia senantiasa melayani TUHAN dan menyelenggarakan kebaktian demi nama-Nya, ia dan anak-anaknya. Apabila seorang Lewi datang dari tempat mana pun di Israel, di mana ia tinggal sebagai pendatang, dan dengan sepenuh hati masuk ke tempat yang akan dipilih TUHAN, dan menyelenggarakan kebaktian demi nama TUHAN, Allahnya, sama seperti semua saudaranya, orang-orang Lewi, yang melayani TUHAN di sana, maka haruslah mereka mendapat rezeki yang sama, dengan tidak terhitung apa yang ia peroleh dengan menjual harta nenek moyangnya."