Hi Bro,
Saya bisa lihat jalur pikiran anda. Tapi saya tidak sepaham.
1. Hadiah itu melekat dengan Pribadi Yesus Kristus. Dia anda terima, hadiah anda terima. Begitupun sebaliknya.
2. Pada setiap manusia ada kehendak bebas. Tidak lantas, karena dia percaya, kehendak bebasnya dicabut.
Jadi dia dapat memilih apa saja yang dia mau.
3. Memang hak kepemilikan atas hadiah itu miliknya selamanya tapi dia memiliki kehendak bebasnya untuk melepaskan apa yang dimilikinya itu. Hadiah yang dia tidak mau lagi, tidak akan dipaksakan kepada dia untuk tetap menjadi miliknya.
3. Kalau orang "percaya" (belief) bukan "works" untuk menerima hadiah, maka orang "tidak percaya" (unbelief) juga bukan "works" untuk melepaskan hadiah
4. Kalau orang "tidak percaya" dikatakan adalah "works", maka "percaya" juga adalah "works".
5. Pemilihan kata dalam Alkitab, apapun itu, pasti tepat.
Salam
Fokus pertanyaan saya itu adalah bagaimana seseorang percaya kemudian kok bisa selamat. Terus kalau tidak lagi selamat kok bisa keselamatannya hilang.
Jadi kita jangan terlalu berkutat dengan analogi 'hadiah', tapi hendaknya kita harus mengerti apa hadiah itu.
'Hadiah' yang kita bicarakan, yang kita terima dengan iman itu adalah dihapusnya dosa kita sekali untuk selamanya. Jadi setelah kita dihapus dosanya sekali untuk selamanya, bisakah kita (karena tidak lagi percaya) lalu dosa kita tidak jadi dihapus?
'Hadiah', itu juga berupa kita dijadikan ciptaan baru. Bisakah kita setelah menjadi ciptaan baru, lalu diubah lagi jadi ciptaan lama karena kita tidak lagi percaya? Lalu nanti kalau kita percaya lagi, kita dapat 'hadiah' lagi, diubahkan menjadi ciptaan baru lagi (yang sebenernya tidak lagi baru, karena sebelumnya sudah pernah)?