...
• Apakah Anak perlu takut (kalau dia nakal) Bapa akan mencabut hak ke-anak-annya? Tidak. Selama dia berada bersama Bapa, dia aman.
Meski pada beberapa sisi "takut" dan "hormat" mempunyai kesamaan, yaitu mengartikan
sikap tunduk atau takluk, menurut pendapatku, seorang anak harus
hormat pada orang tuanya, bukan
takut.
Tapi, sebentar.
Pada Luk 15:11-32, yang tertulis ialah "
anak", bukan "
Anak" (dengan kapital) kecuali pada awal kalimat, mengapa @melangkahpasti mempertanyakan perihal "
Anak" (dengan kapital)? Jadinya ialah melangkah pasti salah. Meski hanya mengubah huruf dari huruf netral menjadi huruf kapital, itu melangkah pasti salah.
• Apakah perginya anak karena hak ke-anak-an dicabut Bapa? Tidak.
Pada kisah Luk 15:11-16 tidak kutemukan
ayah dari si anak bungsu mencabut hak keanakan si anak bungsu.
• Apakah perginya anak karena hak ke-anak-an dilepas Anak? Iya. Anak yang pergi melepaskan hak warisnya. Dia ambil dan setelah itu dia tidak ada hak lagi.
Tidak kutemukan si anak bungsu melepaskan hak warisnya. Justru anak bungsu menggunakan hak warisnya, di mana dia meminta warisan dari si ayah. Kupikir, meski hak warisnya telah digunakan, namun si anak bungsu itu tetap sebagai anak dari ayahnya. Penggunaan hak waris tidak menghapus statusnya sebagai anak.
• Apakah Bapa mencari Anak yang pergi ? Tidak, anak pergi atas kehendak bebasnya untuk memilih pergi; dengan demikian, Bapa tidak dapat memaksanya pulang ke rumah. Pada kedua perumpamaan sebelumnya, yang hilang dicari sampai ketemu (domba hilang dicari sampai dapat Lukas 15:4; dirham hilang dicari sampai ketemu Lukas 15:8).
Yup. @Sotardugur Parreva juga memandang bahwa si ayah tidak mencari anak bungsu yang pergi, sementara dua perumpamaan sebelumnya, yang hilang dicari sampai dapat.
Pencarian dilakukan karena yang hilang tidak mempunyai akal, harus dituntun. Domba tidak mempunyai akal seperti akal manusia, domba adalah hewan. Meski domba punya naluri, rasa lapar, haus, dll, namun domba tetap hewan.
Sementara dirham, adalah benda mati yang dijadikan alat tukar. Dirham tidak dapat bergerak sendiri seperti domba.
Nah, kalo domba yang dapat bergerak sendiri dicari, apalagi dirham yang adalah benda mati.
Harus dicari.
Berbeda dengan si anak bungsu yang adalah manusia yang mempunyai akal. Yang punya akal, seharusnya dapat menentukan pilihan, apakah patut memberontak/protes, atau harus bersikap taat.
• Apakah Bapa sudah tidak mau menerima kembali Anak yang pergi, jika dia mau kembali? Tidak. Bapa masih mau menerimanya kembali dengan sepenuh hati, bahkan Bapanya pergi lari mendapatkan dia, dst.nya.
Tidak kutemukan tulisan "
Bapa"(dengan kapital) di Luk 15:11-32 kecuali karena awal kalimat, melainkan "
bapa".
Sependek penangkapanku, si bapa tidak memutuskan bahwa anak bungsu itu bukan lagi anaknya walaupun anak bungsu itu meminta dibagi warisan. Anak bungsu itu meminta warisan, si bapa memberi
tanpa memutuskan hubungan ayah-anak.
• Apakah Anak dapat menerima kembali hak-nya setelah ia kembali? Iya, dapat.
Nah, di sini, kupikir, @Sotardugur Parreva harus menanyakan,
hak apa lagi yang @melangkahpasti maksudkan?
• Apakah Anak dapat memilih untuk tidak kembali? Iya. Ada anak yang kembali, ada yang tidak mau kembali. Perumpamaan ini menjelaskan apa yang terjadi kalau anak kembali.
Pada kisah itu, tidak kutemukan anak yang meninggalkan ayahnya selain si anak bungsu. Jika @melangkahpasti menemukan, silahkan kemukakan.
• Pembelajarannya : kembali, hai anak-anak yang pergi.
Okey, simpulan pelajaran seperti itu berterima di logikaku.
Salam damai.