Menurut pendapatku, jika pengikut Kristus bersikukuh memegang PL untuk mengartikan PB, akan menuntun kepada salah pengertian.
Yang salah itu menambahi ajaran Alkitab pakai tradisi bikinan manusia yang sudah jauh menyimpang !
Sependek pengetahuanku,
Katolik tidak menambah Alkitab sejak dikanon abad IV. Ada pihak yang memisahkan beberapa kitab Alkitab dan menamainya sebagai kitab
apokrifa pada abad XVI, yang kemudian pada abad XIX kitab
apokrifa tersebut dihilangkan dari Alkitab. Itu memang sudah terjadi.
Hidup menggereja sejak para rasul masih didampingi oleh jasmani Yesus Kristus, dilakukan sesuai Tradisi Gereja, dengan Yesus Kristus sebagai Pengajar Utama. Setelah Yesus Kristus naik ke sorga, ROH KUDUS turun atas para rasul, selanjutnya rasul menulis Alkitab. Lalu, pada abad IV, karena sedemikian banyak kitab yang mengaku-aku sebagai Kitab Suci, berdasarkan kewenangan mengajar yang diterima rasul dari Yesus Kristus dan diteruskan kepada penerus rasul, melalui konsili, Alkitab di kanon, dan menjadi landasan menggereja. Dengan demikian, landasan menggereja ialah Tradisi Gereja (Tradisi Suci), Kitab Suci, dan
Magisterium (Kewenangan Mengajar yang diterima dan diwariskan langsung dari Yesus Kristus).
Pada abad XVI, ada pastor yang bukan terbilang sebagai penerus rasul, menerjemahkan Alkitab ke Bahasa Jerman dengan memisahkan beberapa kitab sebagai kitab
apokrifa. Lalu, pada abad XIX, kitab
apokrifa dihilangkan dari Alkitab.
Jadi, Katolik
tidak menambah Alkitab yang dikanon pada abad IV, sementara pada abad XVI pemisahan beberapa kitab yang terkanon abad IV yang kemudian dihilangkan dari Alkitab pada abad XIX.
Tidak ada pihak yang menambah Alkitab, tetapi
ada pihak yang mengurangi ALkitab.Damaikan hatimu, hentikan menggunakan menggunakan hoaks sebagai referensi.