https://www.kompasiana.com/bobby18864/5eda16dc097f3672dc5d3642/alkitab-bahasa-minang-sudah-lama-ada-mengapa-sekarang-dipersoalkanAlkitab Bahasa Minang Sudah Lama Ada, Mengapa Sekarang Dipersoalkan?Baru-baru ini viral berita surat dari Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika. Inti surat tersebut adalah permintaan agar Kemkominfo menghapus aplikasi kitab suci Injil berbahasa Minangkabau.
Gubernur Sumbar mengemukakan dua alasan mengapa pihaknya meminta aplikasi Alkitab Bahasa Minang tersebut dihapus.
Pertama, Pertama, keresahan masyarakat Minangkabau dengan adanya aplikasi kitab Injil berbahasa Minangkabau tersebut.
Kedua, aplikasi tersebut dinilai sangat bertolak belakang dengan adat dan budaya masyarakat Minangkabau yang memiliki falsafah 'Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah'. Surat lengkap dapat dibaca di sini.
Alkitab Bahasa Minang sudah Lama AdaSejatinya, Alkitab berbahasa Minangkabau sudah lama ada. Salah satu situs yang mengunggahnya adalah situs ini. Dalam situs yang tersebut, hak cipta tertera untuk tahun 2010-2020. Artinya versi Alkitab daring tersebut bukan produksi baru.
Seorang pengguna Twitter menulis bahwa Alkitab bahasa Minang sudah ada sejak tahun 1980-an. Ia kemudian mengunggah tangkapan layar Alkitab bahasa sehari-hari Minang edisi tahun 1996.
Alkitab bahasa Minang hanyalah salah satu dari sekian banyak terjemahan Alkitab dalam bahasa-bahasa daerah di Nusantara. Beberapa versi Alkitab bahasa daerah yang telah ada, antara lain: Alkitab bahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, Bugis, Toraja, Madura, Aceh. Daftar lengkap bisa didapatkan, antara lain, di situs ini.
Sejarah Penerjemahan Alkitab ke bahasa Indonesia dan daerahBerikut pokok-pokok sejarah penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu dan bahasa daerah lain di Indonesia.
1. Pedagang Belanda bernama Ruyl tiba di Nusantara pada 1600. Setelah 12 tahun bekerja keras, ia berhasil menyelesaikan terjemahan Injil Matius (hanya satu bagian kecil dari Alkitab) ke dalam bahasa Melayu. Terjemahan pertama bagian Alkitab dalam bahasa bukan Eropa ini akhirnya terbit tahun 1617.
2. Mechior Leijdecker, pendeta yang melayani umat berbahasa Melayu di Batavia merintis penerjemahan Alkitab secara lengkap ke dalam bahasa Melayu Tinggi. Proyek ini dimulai pada 1691. Sasaran audiensnya adalah umat Kristen Eurasia, Ambon, Jawa, Tionghoa, dan suku lain yang memahami bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan. Terjemahan Leijdecker ini akhirnya terbit pada 1733.
3. Periode Abad ke-19 menjadi puncak penerjemahan aneka versi Alkitab bahasa daerah di Nusantara. Beberapa contoh adalah terbitnya Alkitab bahasa Jawa (1854), Sunda (1877), Bugis (1888) dan Batak Toba (1878).
4. Setelah kemerdekaan Indonesia, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang dirintis pada 1950 menjadi lembaga yang mengurus penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia dan daerah.
Cikal bakal LAI sejatinya adalah Lembaga Alkitab Java di Batavia pada masa Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. Lembaga Alkitab ini didirikan pada 4 Juni 1814 sebagai cabang pembantu dari Lembaga Alkitab Inggris.
Penerjemahan Alkitab sebagai hak kebebasan beragamaSesuai dengan UUD 1945, negara menjamin kebebasan beragama (dan berkepercayaan) tiap warga negara Indonesia. Karena itu, tiap lembaga keagamaan berhak mengadakan kegiatan apa pun dalam lingkup melayani umatnya, sepanjang tidak melanggar hukum nasional.
Dalam hal ini, penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah mana pun juga dijamin oleh UUD 1945. Logikanya, setiap pejabat negara wajib menjamin kebebasan beragama yang telah diatur dalam UUD 1945.
Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah mana pun, secara faktual, tidak serta merta menjadikan suku tertentu sebagai sasaran penginjilan atau otomatis menjadikan suku tertentu penganut agama Katolik atau Kristen.
Ambil contoh, sudah sejak 1854 ada terjemahan Alkitab bahasa Jawa. Akan tetapi, faktanya, apakah sekarang 100 persen orang Jawa menjadi Katolik atau Kristen? Tidak, bukan?
Penerjemahan Alkitab dalam bahasa Minang pun, tentu tidak secara faktual lantas berarti Gereja sangat berambisi mewartakan iman kristiani pada suku Minang. Justru Gereja Katolik dan Kristen di Indonesia telah, sedang, dan akan melayani umat dan siapa pun yang ingin membaca Alkitab dalam bahasa Minang (dan bahasa-bahasa daerah lain), baik dalam rangka menimba wawasan iman maupun menimba pengetahuan.
Jika Anda mengikuti perkembangan teologi misi Gereja Katolik di Asia, Anda akan tahu bahwa misi dan dialog antaragama dan dialog dengan budaya lokal dijalankan secara bersamaan oleh Gereja.
SAMBUNGIN