Yang dilarang itu, menafsirkan alkitab seenak udelnya bro…
http://katolisitas.org/1469/konsili-valencia-orang-katolik-dilarang-membaca-alkitab
Ada tuduhan yang mengatakan bahwa ada satu waktu bahwa Gereja Katolik melarang umatnya untuk membaca Kitab Suci. Tuduhan yang sama dibuat oleh eorang Teolog Kristen Protestan yang bernama Loraine Boettner (sekitar thn 1928), yang mengatakan, “Alkitab dilarang untuk orang awam, yang dimasukkan dalam buku Indeks Buku-buku Terlarang oleh Konsili Valencia thn 1229″ (“Bible forbidden to laymen, placed on the Index of Forbidden Books by the Council of Valencia . . . [A.D.] 1229.“)
Namun sebenarnya Boettner mengutip sumber yang keliru. Sebab, indeks Buku-buku Terlarang itu baru dikeluarkan tahun 1559, sehingga Konsili yang diadakan jauh sebelumnya, tidak mungkin memasukkan daftar buku-buku tersebut.
Hal kedua yang cukup penting adalah, kelihatannya sangat tidak mungkin diadakan Konsili Gereja Katolik di Valencia, Spanyol pada tahun itu. Seandainya ada, semestinya terjadi sebelum tahun 1229, sebab pada tahun itu, orang-orang Islam menguasai kota itu. Sangat sukar dibayangkan, jika orang-orang Muslim pada saat itu, yang menentang orang-orang Kristen di Spanyol, dapat memberikan izin bagi para Uskup Katolik untuk mengadakan Konsili di salah satu kota mereka. Pasukan Kristen baru dapat membebaskan Valencia setelah 9 tahun kemudian. Maka, besar kemungkinan, Konsili Valencia sebenarnya tidak pernah ada.
Tetapi ada juga kemungkinan lain, yaitu yang dimaksud adalah Konsili di Toulouse, Perancis yang diadakan pada tahun 1229, sebab Konsili tersebut membahas tentang Kitab Suci. Konsili tersebut diadakan sebagai reaksi terhadap heresi Albigensian/ Catharist, yang percaya pada dua Tuhan (Tuhan yang Baik dan yang Jahat) dan bahwa perkawinan adalah jahat/ buruk, sebab melibatkan tubuh/ matter, karena tubuh dianggap buruk. Heresi ini menyimpulkan bahwa perzinahan bukan dosa, dan bahkan menganjurkan bunuh diri di antara anggota-anggotanya. Untuk menyebarluaskan paham ini, maka para Albigensian menyebarluaskan terjemahan Alkitab yang tidak akurat dalam bahasa setempat (menyerupai terjemahan Alkitab dari Saksi Yehova sekarang ini). Seandainya terjemahan itu akurat, tentu Gereja Katolik tidak berkeberatan. Sebab terjemahan dalam bahasa lokal memang sudah ada sejak lama. Tetapi apa yang dikeluarkan dari Albigensian ini adalah Alkitab yang sudah ‘salah terjemahan’. Maka para Uskup di Toulouse melarang para awam untuk membacanya, sebab isinya keliru. Ini adalah langkah untuk melindungi umat, sama seperti para pendeta Protestan sekarang ini juga yang melarang jemaatnya membaca Injil Saksi Yehova.
Selanjutnya, mari kita lihat sikap resmi yang dikatakan oleh Gereja Katolik. Demikian menurut Paus Klemens XI melalui Bull Unigenitus 1713, yang memuat 101 proposisi menanggapi ajaran sesat Quesnel. Silakan membaca di link ini tentang keseluruhan Bull tersebut -silakan klik Maksudnya adalah, agar pembacaan Alkitab oleh umat beriman harus dilakukan dengan tuntunan Gereja.
Jadi dari jawaban di atas, telah jelaslah sudah duduk masalahnya. Gereja Katolik tidak melarang umatnya membaca Alkitab, hanya memang pada suatu periode tertentu sekitar tahun 1229, memang terjadi kondisi khusus sehubungan dengan adanya penyelewengan teks Kitab Suci yang dilakukan oleh sebuah sekte sesat (Albigensian) pada saat itu. Maka larangan untuk membaca Alkitab pada saat itu merupakan tindakan gembala untuk menyelamatkan kawanan dombanya.
Mari kita melihat segala sesuatunya dengan kacamata yang objektif, melihat fakta sejarah, namun juga dengan kepercayaan penuh kepada apa yang diputuskan oleh para pemimpin Gereja. Jangan lupa, bahwa Roh Kudus yang telah diutus oleh Yesus untuk melindungi Gereja-Nya adalah Roh Kudus yang sama yang menuntun para pemimpin Gereja yang adalah penerus para Rasul.
bersambung