Glossolalia, atau Bahasa Lidah, berasal dari kata Yunani “γλώσσα” (glossa), “lidah” dan “λαλώ” (lalô), “berbicara”.
Glossolalia adalah suatu ucapan atau ungkapan, yang pengertiannya tergantung pada si pendengar dan konteksnya, bisa sebagai bahasa asing (xenoglossia), bisa sebagai suku-suku kata yang tampak tidak berarti, atau sebagai bahasa yang tidak dikenal; di mana ucapan/ungkapan ini biasanya muncul sebagai bagian dari penyembahan religius (glossolalia religius).
Sementara Glossolalia semakin tersebar luas dan didokumentasikan dengan baik, terjadi perdebatan serius di antara komunitas-komunitas religius (khususnya Kristen) dikarenakan status glossolalia itu sendiri.
Glossolalia tercatat dalam Kitab Injil Kristiani dan dipraktikkan oleh beberapa denominasi Kristen dan kaum Kristen kontemporer. Namun demikian, konsep-konsep glossolalia/bahasa Roh sebagai “bahasa-yang-diilhami-Allah” maupun bahasa Roh sebagai “praktik Kristiani yang relevan/sah” belum diterima secara universal.
Di Indonesia, kata glossolalia ditemukan di Alkitab sebagai “bahasa roh”. Walaupun demikian, sering juga disebut sebagai “Bahasa Lidah” maupun “berbicara dalam lidah asing”.
Dalam Perjanjian Baru, kitab Kisah Para Rasul menceritakan peristiwa “Pentakosta”, di mana “lidah-lidah api” hinggap pada para orang percaya dan dilanjutkan secara ajaib mereka mulai berkata-kata dengan bahasa-bahasa lain.
Kitab Kisah Para Rasul (2:1) menggambarkan fenomena “penerjemahan mujizat”, di mana ketika Para Rasul sedang berbicara, orang-orang dari berbagai belahan dunia yang hadir mendengar mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri. Di lain pihak, beberapa pengulas mengajarkan bahwa kasus Biblikal ini merupakan contoh dari xenoglossia religius, yakni berbicara secara ajaib dalam bahasa-bahasa asing yang tidak dikenal oleh si pembicara itu sendiri.
Beberapa lagu himne Ortodoks mengenai Hari Raya Pentakosta, yang memperingati peristiwa di Kisah Para Rasul ini, menggambarkan hal ini sebagai pembalikan dari kejadian Menara Babel (Kejadian 11). Dengan kata lain, bahasa umat manusia yang dikacaubalaukan dalam peristiwa Menara Babel direunifikasikan dalam peristiwa Pentakosta, yang menghasilkan penyebaran Injil bagi orang-orang yang sedang berada di Yerusalem dari berbagai negara.
Bersambung…>>