@Mencari
Bro, mungkin kata kata ‘tapi sekuler’ itu yang menyeret anda pada keraguan pada diri anda.
Karena, seperti yang pernah saya sampaikan kepada anda entah di thread mana, tidak ada kata sekuler, yang ada adalah beragama atau tidak beragama. Sebagai pribadi, berarti pilihannya adalah hidup dalam ajaran dan aturan agama yang dianutnya, atau tidak mau diatur dan tidak taat pada ajaran agama yang dianutnya.
Mungkin, ini mungkin, maksud anda dengan ‘tapi sekuler’ itu berarti ‘tidak fanatik’ ?
Fanatik justru tidak akan terjadi kalau pengetahuan seseorang cukup luas untuk bisa melihat seluruh fakta, bukan hanya fakta yang didapatnya dari ajaran agamanya sendiri. Tetapi, kalau anggapan bahwa ajaran agamanya adalah yang PALING SESUAI DAN BENAR dengan pribadinya adalah sebuah KEHARUSAN, karena tanpa itu ya seharusnya seseorang mencari yang lain lagi, sehingga mendapat ajaran agama yang sesuai dengan dirinya.
Menjawab pertanyaan anda di atas, saya koq merasakan bahwa ada kekecewaan anda terhadap apa yang anda hadapi dan rasakan dalam beberapa bulan ini. Sehingga tanpa anda sadari, anda justru ‘mempersalahkan’ Allah yang seolah ‘kurang memperhatikan’ anda. He he he he…
Jujur saja, sebenarnya apa yang anda rasakan, pasti pernah terjadi juga pada setiap manusia yang jujur, bukan yang munafik dan berpura pura saleh. Tetapi, perlu juga anda dan kita semua sadari, bahwa dengan berpikir seperti itu, kita sejatinya sedang ‘membuka celah’ kepada pikiran ‘kurang baik’ (baca : iblis) untuk menyusup masuk. Setelah merasa ‘kurang diperhatikan’ kemudian berkembang menjadi ‘tidak disukai’ menjadi ‘tidak peduli’ dan puncaknya ‘tidak percaya’.
Itulah mengapa di salah satu thread yang menjawab ‘keluhan’ seorang member yang mengaku agnostik, saya bertanya, ‘Memangnya Tuhan salah apa, sehingga kamu mempersalahkanNya?’ , atau, ‘Apa yang Tuhan janjikan sama kamu sehingga kamu kecewa kepadaNya?’
Atau sebenarnya, justru kita yang mengharapkan ‘terlalu banyak’ dari Tuhan, sehingga kita mengharapkan Tuhan mengerjakan pekerjaan yang seharusnya kita lakukan?. Kita minta Tuhan mencarikan kita uang, kita meminta Tuhan mencarikan jodoh, kita meminta Tuhan membuat istri dan anak cinta/setia pada kita, kita meminta Tuhan menjaga keselamatan kita, kita meminta bisnis lancar dst. Sementara kita tidak melakukan apa yang seharusnya kita kerjakan.
Pernah ada sebuah cerita fiktif:
Ada seorang pria yang baik dan taat, yang sedang sangat membutuhkan uang. Selama ini ia merasa sudah banyak ‘memberi’, maka saat ia butuh uang, ia berdoa kepada Tuhan ‘Tuhanku, selama ini aku telah memberi banyak kepada orang orang yang butuh, juga menyumbang gereja, jadi tolonglah sekali ini saja, biarkan aku memenangkan lotre berhadiah 10 miliar’. Seminggu, dua minggu berlalu, hadiah undian yang diharapkan tidak diperoleh. Kembali pria itu berdoa dengan khusuk ‘Tuhan, tolong aku, sekali ini saja, berilah aku hadiah undian yang besar, karena sangat aku butuhkan’, sebulan berlalu tidak juga diperolehnya hadiah yang diharapkan. Dengan putus asa, si pria kembali berdoa ‘Tuhan, mengapa Engkau tidak mendengar doaku, berilah kesempatan kepadaku sekali ini saja, buktikanlah kalau Engkau peduli kepadaku…’ dan tiba tiba terdengar suara ‘Anakku, tolonglah sekali ini saja, belilah kupon undian…’
Kisah di atas tentu khayal dan ada unsur yang salah. Tetapi intinya adalah, jika kita ingin dibantu, maka berilah jalan agar kita bisa dibantu.
Post ini tidak bertujuan untuk sok mengajari, tetapi sekedar untuk sharing bersama.
Syalom