Dear all
Setiap masa revolusi budaya manusia seringkali menimbulkan shock bagi kebanyakan orang. Mulai dari revolusi industri, lalu revolusi elektronik di masa lampau selalu saja ada orang yang tidak siap untuk menghadapi kenyataan seperti itu.
Jaman sekarang ini kita masuk dalam revolusi digital. Dampaknya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Revolusi digital mengakibatkan kenvergensi peralatan, interkoneksi global, informasi tak terbatas dalam kuantitas dan kualitas, serta meniadakan jarak dan waktu karena sebuah informasi begitu di upload, dapat diakses oleh siapapun dari manapun.
Dalam dunia keuangan dan perbankan hal tersebut nampak semakin terasa, dimana penarikan dan penyimpanan uang dapat dilakukan dari mana saja dalam jaringan perbankan yang terkoneksi.
Tiba-tiba saja kita mengenal dan menggunakan produk-produk dari dunia cyber seperti :
e-Mail, e-Banking, e-Learning, e-Book, e-KTP, e-Shopping, e-Market, e-Campus, dan e-e- yang lainnya.
Bagi mereka yang tidak siap, terutama yang berada jauh dari jangkauan teknologi, atau karena usia lanjut, maka keadaan tersebut bisa membingungkan.
Apapun dan bagaimanapun kondisi manusia, perkembangan teknologi akan berjalan terus dan semakin lama akan semakin cepat. Penemuan demi penemuan terus membanjiri manusia sampai kita sendiri bingung menentukan produk mana yang cocok untuk kebutuhan kita. Yang pasti kebutuhan seseorang bisa berbeda dengan yang lainnya.
Imajinasi manusia terus melambung menuju pada hal-hal yang visioner dan futuristik. Teknologi masa kini juga telah mulai merambah sedikit demi sedikit dan masuk dalam dunia pelayanan, karena revolusi digital tersebut.
Sebut saja: Electronic Bible, multi media projector, laptop, smartphone, tabulet pc, digital camera, cam corder, desktop PC, digital recording, spy cam dan berbagai gadget lainnya.
Fasilitator yang berupa provider yang menawarkan layanan digital melalui internet pun sangat melimpah, mulai dari jaringan sosial, seperti Facebook, twitter, friendster, dsb, sampai provider layanan video seperti Youtube sangat melimpah dalam dunia internet. Informasi apapun dapat diakses secara serentak kapanpun selama 24 jam sehari dari manapun, tanpa kabel.
Kembali ke soal pelayanan.
Apakah kita siap dengan pelayanan digital, dan apakah dapat dibenarkan menurut Alkitab?
Misalnya saja sebagai contoh :
- BERDOA SECARA DIGITAL.
Kita rekam video kita, lalu kita edit, crop, copy dll menggunakan Adobe Premiere, Magix Movie, AVS Video Editor, dsb menjadi doa yang sempurna sekali dengan beckground yang indah, misalnya menara Eifel, atau Gereja yang indah dan megah, atau Taman Getsemani, dsb.
Lalu kita buat 3 versi berbeda misalnya untuk pagi, siang dan malam, dan dibuat programnya sehingga bisa diaktifkan pada jam-jam tertentu sehari 3 kali misalnya.
Pada waktunya kita berdoa maka doa digiital itu tinggal distel sesuai program : Pertanyaannya, apakah doa itu sah sebagai doa kita dan kita dianggap sudah berdoa? Sementara kita sendiri mungkin tiduran atau menikmati udara diluar/tamasya?
-
KOTBAH DIGITAL.
Mirip proses pembuatannya dengan doa digital, Pendeta atau Pastor, tinggal upload ke Youtube, Kotbahnya tentang apa saja yang ada di Alkitab, dibuat serial, lengkap semua ada, solusi atau cara hidup kristiani apapun ada, lalu diupload di internet, dan kita tinggal download saja dan di stel di TV LCD layar lebar, misalnya saja.
Apakah itu sah bagi pendeta atau pastor dalam penggembalaan umatnya, selagi pendeta atau pastornya sendiri entah sedang apa, kemana atau dimana? -
KEBAKTIAN DIGITAL.
Apakan mungkin kita sebagai jemaat sudah dianggap bergereja dan mengikuti kebaktian atau misa, dengan menyetel Channel TV kebaktian online, atau rekaman yang didownload dari internet lalu distel ulang, atau menyetel video kebaktian menggunakan DVD Player, dan kita berada di depan layar mengikuti kebaktian tersebut?
Kondisi dan situasi seperti itu sekalipun nampaknya absurd, mungkin saja bisa terjadi dalam era digital sekarang ini dan juga di masa depan. Hal-hal yang belum terpikirkan bisa saja menjadi kenyataan nanti.
Saudara-saudara ini merupakan dilema religi yang berkaitan dengan pelayanan dan liturgi. Pasti ada pro dan kontra di dunia ini. Mana yang benar menurut saudara?
Dilarang saja dengan alasan tidak sah, ataukah itu sah-sah saja, ataukah selektif?
Kita sharing saja ya…
Shalom