Sambungan…
Dan Sahabat, Otoritas spiritual Tuhan tidak terbantahkan efektifitasnya, tentu bagi mereka yang percaya Tuhan. Saya telah membuktikannya untuk membantu seorang sahabat untuk keluar dari trauma dengan meng ikhlaskan apa yang terjadi, kepada TUHAN. Dan dalam sekali terapi, ia dapat memperbaiki traumanya yang sudah berlangsung selama lima bulan. Bukan saya yang hebat, tetapi kepercayaannya kepada TUHAN yang menyembuhkannya.
Lalu mengapa Hipnosis HARAM jika digunakan untuk membantu dan untuk kebaikan? Hipnosis ini mirip Muhasabah atau perenungan dan dalam perenungan tersebut seringkali pikiran kita dibawa melayang terfokus pada satu hal. Pada saat perenungan mengingat kematian, banyak peserta yang menangis se jadi-jadinya dan setelah proses itu berlangsung para peserta menjadi lebih segar, sehat, dan semangat karena merasa lebih dekat dengan Tuhan dan memiliki tujuan hidup.
HIPNOSIS PUN DEMIKIAN. Seorang sahabat datang kepada saya dan mengatakan bahwa ia merindukan Ka’bah dan ingin berhaji bersama ibunya. Saat ini ia memang masih mengumpulkan uang yang ia sendiri tidak tahu kapan akan selesai terkumpul. Saya ajak ia untuk menikmati cita-citanya itu dan mudah-mudahan setelah merasa nikmat ia akan mencari apa saja cara yang penting HALAL untuk berhaji. Saya panggil dia Ji’ih, dan beginilah kira kira sugestinya yang sahabat pembaca bisa juga gunakan untuk membantu orang lain. “Ji’ih, pegang pulpen ini dan buat lingkaran diatas kertas ini” sambil menyodorkan kertas putih kosong. Ia membuat lingkaran searah putaran mengelilingi Ka’bah atau berlawanan jarum jam. “Lakukan perlahan dan nikmati lingkaran tersebut sebagaimana kamu menikmati dirimu mengelilingi Ka’bah dan lafalkan bacaan yang di baca pada saat mengelilingi Ka’bah.” Ia pun mulai melakukan apa yang saya sarankan (sugestikan), wajahnya memerah dan pipinya mulai bergetar dan rahangnya mulai relaks tanda bahwa ia sudah memasuki kondisi hipnosis.
Sahabat, kondisi ini juga Anda rasakan ketika Anda menonton sebuah film favorit Anda. Ji’ih juga sedang menonton “film”nya sendiri di Ka’bah bersama ibunya walaupun matanya tetap terbuka. “Nikmati saja dan teruuuus.” Begitu saran saya. “Dan begitu hatimu sudah melekat pada tempat itu, kamu akan terus membuat lingkaran dan tidak bisa menghentikan gerakan tangan mu karena saat ini hatimu yang menggerakan tangan itu. Ini akan terjadi sampai saya meminta hatimu untuk menghentikannya.” Sahabat…Ji’ih benar-benar tidak dapat menghentikan tangannya, semakin dicoba berhenti, semakin lingkaran itu dibuat. Ketika terlihat ia sudah cukup menikmatinya, saya minta ia untuk berhenti. “Gimana rasanya?” Tanya saya. “Enak Mas! Pingin banget nih saya kesana.”“Amin…” Jawab saya.
Saya yakin peristiwa itu lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan saya tidak dapat merasakan dimana HARAM nya. Di lain waktu selepas jam kerja ketika bersantai bersama teman-teman, duduk di antara kami dua sahabat dari departemen Sumber Daya Manusia. Salah satunya ingin sekali merasakan bagaimana rasanya dihipnosis. Namun saya dapat melihat ia masih memiliki prasangka bahwa hipnosis itu ngeri-mengerikan dan bisa membuatnya mengoceh mengeluarkan rahasia pribadinya. Sahabat…ini juga merupakan satu contoh korban informasi yang kurang tepat dari TV yang mengutamakan rating dan mengabaikan edukasi. Setelah sedikit edukasi, ia pun mampu menggunakan pikirannya untuk menghipnosis dirinya sendiri walaupun permintaannya matanya harus tetap terbuka. “Gua ga mau yang merem-merem, nanti gua lu apa-apa in lagi…” dan hal ini di manfaatkan sahabat saya Pane yang juga ada di sana untuk menambah kecerian sore selepas jam kerja.
Sahabat, sampai saat ini dan mungkin seterusnya saya tidak dapat melihat HARAM nya hipnosis karena ini dilakukan dengan tidak melupakan kekuatan Tuhan dan hanya Tuhan lah yang memiliki kekuatan penyembuhan. Menyambung sahabat SDM saya, “OK sekarang boleh melek, nanti yang merem harus dicoba ya Bro…enak lho…
Dan kata-kata itu menyisakan keceriaan sore itu untuk dilanjutkan esok hari yang lebih ceria.