ABRAHAM
Banyak sekali perbuatan-perbuatan yang dilakukan Abraham. Kejadian 11:27 sampai dengan Kejadian 24 mencatatkannya dengan teliti. Saya mencoba merangkum beberapa perbuatan yang telah dilakukan Abraham, sebelum akhirnya Tuhan memperhitungkan salah satu perbuatan Abraham sebagai kebenaran.
- Berangkat meninggalkan Ur-Kasdim (Kejadian 11:31).
- Mengikuti panggilan Tuhan (Kejadian 12:1). Abraham tidak pernah sekali pun berbalik ke Ur-Kasdim.
- Berpisah dengan Lot. Abaraham juga menawarkan kepada keponakannya, untuk memilih bagian tanah yang dikehendaki Lot (Kejadian 13:1-18). Seharusnya Abraham sebagai seorang paman, seorang yang dipilih Tuhan, seorang yang lebih tua daripada Lot, berhak untuk memilih bagian tanah yang dikehendakinya.
- Berperang dengan gagah dan memimpin pasukan. Ternyata Abraham seorang panglima perang yang perkasa (Kejadian 14:1-16). Abraham mengalahkan lima orang raja berikut pasukannya, hanya bermodalkan 318 orang anak buahnya.
- Mempersembahkan sepersepuluh dari hasil rampasan perang kepada Melkisedek, seorang Imam Allah. Abraham mempersembahkan dengan penuh kerelaan, bukan karena tunduk kepada hukum. Bandingkan kita sekarang, yang memberi remah-remah dari penghasilan kita, tapi mencoba kutip ayat sini dan kutip ayat sana sebagai sarana pembenaran, sehingga (mungkin???) berkat Tuhan mengalir kepada kita
Ternyata dari lima perbuatan besar yang telah dilakukan Abraham, Allah belum memperhitungkannya sebagai kebenaran. Lalu perbuatan apa lagi yang harus dilakukan Abraham, sehingga dapat diperhitungkan Tuhan?
Kejadian 15:1-6
1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.”
2 Abram menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.”
3 Lagi kata Abram: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.”
4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.”
5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”
6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Ternyata perbuatan yang dilakukan Abraham amat sangat sepele sekali. Abraham percaya kepada Tuhan, kalau Tuhan akan mengaruniakan kepadanya seorang anak melalui Sara. Dengan kata lain, di titik ini Abraham bukan saja percaya akan adanya satu Tuhan, ataupun percaya untuk membuka jalan bagi Tuhan, tapi Abraham mulai belajar untuk percaya kepada rancangan Tuhan. Ya, mungkin terdengar sangat sepele sekali. Tapi efeknya amatlah besar. Percaya kepada rancangan Tuhan terhadap diri kita akan menghasilkan kebenaran di dalam hidup kita (mulai berbuah). Salah satu perbuatan percaya yang berkenan kepada Tuhan adalah percaya secara penuh dan mutlak. Dan dari sinilah kita dapat mengerti akan definisi iman yang diberikan Surat Ibrani, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Inilah tiga jenis perbuatan. Masih banyak sekali perbuatan-perbuatan yang lainnya. Yang perlu diperhatikan, buah-buah roh bukanlah perbuatan. Melainkan hasil dari perbuatan-perbuatan itu sendiri. Dan perbuatan-perbuatan yang kita lakukan, tentunya harus tetap berada di dalam koridor iman kepada Tuhan Yesus.
Sebenarnya masih banyak lagi hal tentang Abraham, terutama bila tidak ingin melangkahi ayat Yakobus 2:21.
Memang harus diakui, ada juga perbuatan-perbuatan Abraham yang membawa imannya menurun. Tapi Abraham bersedia dikoreksi Tuhan serta mengoreksi dirinya sendiri, sehingga akhirnya imannya menjadi penuh (Yakobus 2:21), dan ia layak disebut sahabat Allah.
Inilah yang saya maksud, bahwa iman itu seharusnya bersifat dinamis, bukan statis. Kehidupan kita sebagai orang percaya, seharusnya akan lebih baik lagi lima tahun mendatang. Jauh lebih baik 10 tahun mendatang. Dan seterusnya. Yang saya maksud kehidupan yang lebih baik, bukan berbicara mengenai berkat materi. Melainkan mengenai buah-buah roh yang dihasilkan (bukan dikerjakan).
Bila ada yang mau menanggapi, silahkan. Bila ada yang mau bertanya, maka Pak Siip dengan senang hati akan menjawabnya ;D ;D ;D