Karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah
Tidak semua orang beriman mendapat karunia untuk mengerti rahasia Kerajaan Allah melainkan hanya murid-muridNya saja; inilah yang dikatakan Yesus Kristus dalam suatu kesempatan dimana murid-muridNya menanyakan maksud perumpamaan tentang “Penabur benih” (Luk.8:4-15). Pernyataan itu berarti bahwa hanya orang yang menjadi murid saja yang dapat mengerti rahasia Kerajaan Allah yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus. Pernyataan ini kontradiktif dengan kenyataan yang ditemui dalam gereja, karena setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus menganggap dirinya adalah murid Tuhan; tetapi tidak semua orang percaya mengerti rahasia Kerajaan Allah. Dan kontraditif yang lain adalah ketika murid-murid Yesus dinyatakan mendapat karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi mereka tidak mengetahui maksud perumpamaan tentang “Penabur benih” itu. Dengan demikian maka pernyataan Tuhan Yesus tidak berarti bahwa mereka yang diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah mengerti semua maksud dari perumpamaan yang diajarkanNya.
Luk.8:4-15. Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat."Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
Pada suatu kesempatan lain Tuhan Yesus Kristus menanggapi pernyataan murid-murid yang berkata bahwa “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.” Hal ini dikatakan mereka setelah mendengar jawaban Tuhan Yesus, ketika ia dicobai dengan pertanyaan oleh orang-orang Farisi tentang “perceraian” dan “surat cerai Musa.” Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid bahwa “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.” (Mat.19:1-12)