Saya ingin berbagi/curhat tentang pengalaman pribadi tentang pelayanan yang mungkin juga pernah dialami teman-teman.
Mengenai pelayanan kaum muda (remaja/pemuda). Saya banyak mengamati bahkan mengalami sendiri kecenderungan ketika kita “hanya” memperoleh pengetahuan tentang Ke-kristenan di saat landasan kedewasaan kita tidak siap.
Maksud saya begini…
Ada kencenderungan ketika seseorang memperoleh pengetahuan tentang ke-kristenan dari cell group/pendalaman Alkitab dan menelan mentah-mentah pengetahuan tersebut dan mulai “menghakimi” orang lain/denominasi lain yang menurut sudut pandang orang tersebut tidak sesuai dengan pengetahuan yang baru saja dia peroleh.
Lebih kronis lagi ketika seseorang tersebut mulai mengkoreksi kehidupan orang lain/pelayanan gereja lain dan membuat orang lain “gerah” dengan kritikannya dan pada akhirnya tidak menjadi berkat… berujung pada debat kusir, berujung pada persahabatan/komunitas yang menjadi rusak.
Contoh konkrit yang pernah saya alami adalah:
- Mengkritisi cara beribadah dari Gereja lain
- Mengkritisi penggunaan karunia rohani tertentu
- Mengkritisi hamba Tuhan/pendeta orang lain
Intinya, berujung pada penghakiman. Saya sendiri pernah mengalami ketika saya mempunyai sebuah komunitas pendalaman kekristenan lalu saya menelan mentah-mentah ajaran tersebut dan pada akhirnya saya cenderung menghakimi orang lain.
Nah, saya mengamati hal ini terjadi karena menelan mentah-mentah informasi pengetahuan ke-kristenan tersebut yang berawal dari pemahaman secara parsial dari sebuah ajaran/pengetahuan.
Saya juga mengamati ketika kita belajar sesuatu dan memperoleh kepuasan dari pengetahuan tersebut, kita menjadi semakin bersemangat untuk mencari tahu (menjadi kecanduan akan pengetahuan yang baru).
So, saya belajar dari pengalaman sendiri dan beberapa rekan lainnya bahwa
- Sangat penting untuk memiliki pikiran yang kritis tentang pengetahuan yang baru saja diperoleh
- Kedewasaan seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru menjadi sangat penting
Alasan nomor 2 menjadi perhatian bagi mereka yang bertindak sebagai pemimpin rohani/pemimpin cell group. Dimana pemimpin ini harus bisa melihat kedewasaan murid bimbingannya, apakah siap/tidak.
Semoga penjelasan curhat-an ini cukup jelas. Maaf untuk tidak memberikan contoh yang lebih konkrit karena saya takut menyinggung siapa pun.
No offense untuk siapa pun. Hanya ingin berbagi pengalaman yang mungkin pernah dialami oleh teman-teman di sini.