Betul, tidak sama. Dan betul kedua point rama diatas. Yang saya bilang aneh adalah yang nomor-2.
sikon pendahulu :
Perihal X yang tidak mungkin terwujud diketika aksi X dilakukan
on the contrary perihal Y lah yang pasti terwujud diketika aksi X dilakukan
apabila perihal Y lah yang tidak di inginkan terwujud
maka peraturannya yang gak aneh adalah “jangan beraksi Y”.
jika ingin dibuat sama maka:
1. KARENA Tuhan ngelarang orang idup memanggil roh orang mati MAKA roh orang mati impossible keliatan di bumi (larangan baru kemudian ketidakmungkinan)
2. KARENA ketua kota A membuat peraturan "penduduk kota A dilarang mengajak masuk penduduk kota B ke kota A" MAKA Penduduk kota B impossible memasuki kota A (larangan baru kemudian ketidakmungkinan)
Ya.... saya kan udah sempet ngasih tau bhw apabila kayak diatas, masih bisa keterima. Yet, yang diatas itu tidak menutup kemungkinan [roh orang mati keliatan di bumi].
Berangkat dari kalimat diatas, Q&A nya kan bisa kayak gini :
KENAPA impossible roh orang mati keliatan di bumi ?
KARENA tidak ada orang idup manggil roh orang mati.
KENAPA orang idup tidak manggil roh orang mati ?
KARENA orang idup dilarang Tuhan manggil roh orang mati.
atau
1. roh orang mati impossible keliatan di bumi maka KARENA Tuhan ngelarang orang idup memanggil roh orang mati [b](ketidakmungkinan disebabkan larangan)[/b]
2. Penduduk kota B impossible memasuki kota A KARENA ketua kota A membuat peraturan "penduduk kota A dilarang mengajak masuk penduduk kota B ke kota A" [b](ketidakmungkinan disebabkan larangan)[/b]
Ya, sependapat sama yang bold.
Nah… sekarang kita ke bunyi larangan —> yg ketauan itu (karena terbaca), yang dilarang itu kan orang idup - bukan roh orang mati-nya. Nah… kayaknya ada pihak yang “error” ngambil kronologikanya kayak gini :
KARENA Tuhan ngelarang orang idup manggil orang mati
MAKA Tuhan nglarang roh orang mati dateng ke orang idup
Padahal, [maka] dari kronologika ungu - nggak terbaca infonya.
Akibat dari kronologika ungu, terkait [roh orang mati nggak mungkin dateng ke orang idup] jadinya NGGAK JELAS gimana karena bias.
Satu udah cukup utk nyampe ke [ketidakmungkinan karena adanya larangan / larangan baru kemudian ketidakmungkinan] :
A. KARENA Tuhan ngelarang orang idup manggil roh orang mati
MAKA roh orang mati nggak mungkin dateng/keliatan oleh orang idup.
Begimana pula itu orang jadinya maksa bikin yang kedua, yakni :
B. KARENA Tuhan ngelarang roh orang mati datengi/keliatani orang idup
MAKA roh orang mati nggak mungkin dateng/keliatan oleh orang idup
Masukin ke Q&A… jadinya kayak gini :
KENAPA roh orang mati nggak mungkin dateng/keliatan oleh orang idup ?
KARENA A dan B.
Belon lagi yang “error” ke [ketidakmungkinan baru kemudian larangan] :
Orang tuli tidak bisa mendengar —> orang tuli tidak mungkin mendengar.
Dilarang memanggil orang tuli
Lebih jauh aneh lagi… (bias)
KENAPA orang dilarang memanggil orang tuli ?
A. KARENA nanti yang dateng itu pasti orang yang gak tuli
simultan dengan
B. KARENA orang tuli gak mungkin bisa denger ketika dipanggil dan orang yang gak tuli tentu bisa mendengar ketika dipanggil.
Nah… sekarang masukin kayak gini :
orang tuli = si X = roh orang mati
orang gak tuli = si Y = roh iblis
KENAPA orang dilarang memanggil si X ?
A. KARENA nanti yang dateng itu pasti si Y
simultan dengan
B. KARENA si X gak mungkin bisa denger ketika dipanggil.
Akibatnya jadi gak jelas :
Jadi point-nya si pembuat larangan itu APA ?
Jawabannya : ya dua duanya, A dan B.
PADAHAL yang di B itu sudah terdefinisi duluan, dengan demikian nggak bisa dijadikan [KARENA]. Otomatis logikanya yang layak dipakai adalah [KARENA] yang hanya di A. However, apabila yang dipakai adalah [KARENA] yang hanya di A, maka peraturannya tidak berbunyi demikian (aneh), melainkan berbunyi [orang dilarang memanggil si Y].
So… kondisi yang berupa [ketidakmungkinan baru kemudian larangan] terkait hal yg lagi dibicarakan, jelas jelas aneh. Karena (pada asumsi) yang dipakai adalah [KARENA] yang hanya di A - ini kan kondisinya berupa [kepastian baru kemudian larangan], peraturan ijo jadinya aneh… “kenapa kok yang dilarang memanggil si X ?” :D.
bersambung