Waktu mereka berkata: “Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami,” perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. TUHAN berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu.”
(1 Samuel 8:6-7)
Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: “Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir — kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.”
(Keluaran 32:1)
Manusia secara umum, membutuhkan sosok yang dapat dilihat dan berwujud sebagai sosok yang dijadikan pemimpin, panutan, junjungan dan tuan atas hidupnya. YHWH dalam jaman Perjanjian Lama, adalah sosok Allah yang tidak dapat dilihat manusia, sering kali bangsa Israel kesulitan dan berakhir dengan menjadikan patung sebagai allah mereka (berhala).
Berhala atau Idol dalam bahasa Inggris, adalah sosok yang dipuja dan disembah, sosok berwujud yg dituhankan. YHWH hanya terdiri dari kata-kata saja, sedangkan Anak Lembu Emas wujudnya jelas, YHWH sebagai Raja wujudNya tidak nyata, tetapi Saul dapat dilihat mereka. YHWH itu seperti apa, tetapi Baal ada patung dan kuilnya. Mudah bagi manusia secara umum menyembah dan memuja sesuatu yang dapat dilihat dan wujudnya dapat terekam jelas dalam benaknya, dari pada wujud TUHAN.
Jika pada jaman lampau manusia menggantikan TUHAN yang tidak terlihat dengan sosok yang dapat dilihat jelas dan wujudnya nyata, maka jaman sekarang apakah tabiat manusia itu hilang? Saya yakin manusia jaman dahulu dan manusia jaman sekarang walau secara pengetahuan telah banyak berubah, tetapi secara spiritual masih tetap sama.
Kehadiran Idol dalam setiap agama adalah salah satu jalan bagi manusia untuk dapat tetap menyembah Tuhan dalam agama tersebut. Hindu punya dewa-dewa yang diwujudkan dalam gambar dan patung, sebagai Idol bagi mereka, Budha juga punya Siddartha sebagai sosok Idolnya, Islam juga punya Muhammad yg diidolkan, Kristen juga ada Yesus sebagai Idol dalam keagamaan. (Dulu lewat Samuel, Allah memberikan raja ganti YHWH, demikian juga Yesus diberikan TUHAN sebagai sosok yang dapat dilihat dan nyata wujudNya sebagai Tuhan dan Juruselamat). TUHAN memahami ciptaanNya dan keterbatasannya.
Saya mengajak anda berdiskusi tentang sosok Idol dalam agama Kristen, seberapa penting dan sampai dimana peran Idol yang dihadarikan agama kepada umatnya membantu kita mendekat kepada TUHAN dan kebenaranNya?
Yesus adalah sosok maskulin yang masih muda, kebanyakan pria tdk sulit mengasihiNya dengan kasih seperti Patrus, tetapi menjadi tantangan bagi wanita agar tidak menjadikanNya kekasih dengan cinta eros (bukan nafsu birahi tetapi cinta seperti kepada pacar). Saya dapati ada ibu-ibu begitu mengasihi Yesus tetapi dalam percakapan dengannya terasa kalau ia mencintai seperti pacar bayangan. Kerumitan ini membuat saya pribadi memikirkan sosok feminim yang mungkin dapat membantu mereka lebih lurus mencintai Tuhan Yesus sebagaimana Ia harus dicintai. Tidak ada TUHAN feminim, tetapi menghadikan Bunda Maria dan tokoh wanita lainnya mungkin dapat membantu. Sebagai figur Ibu, sahabat wanita yang bijak, bisa membantu menurut saya mengingat semua manusia butuh Idol.
Dalam gereja Kharismatik, ada pendeta “besar” menjadi Idol bagi mereka, seperti halnya Paus dalam gereja Katolik. Saya sering menerima selebaran dan postingan di wall Facebook, sosok pria yang tampak bak selebritis, tetapi ia adalah pendeta. Seperti Idol remaja, sosok pria yang berusia muda, bergaya trandy, berpakaian modis, badan bagus, tampan, cool dan hebat, sering kali menjadi drive kekristenan dewasa ini, dan itu sangat membantu. Berbeda dengan jaman lalu, sosok pendeta yang menjadi motor untuk ditonjolkan sebagai Idol keagamaan adalah pria separuh baya, berbadan besar tidak ideal, kebapakan, baik, lembut dan hebat. Beda jaman beda kebutuhan Idol tiap generasi.
Gereja Protestan menghadirkan bapa gereja sebagai Idol, sama seperti halnya dengan muslim menghadirkan Muhammad sebagai Idol mereka, demikian gereja protestan juga sama seperti muslim terbawa nuansa jaman lampau besarta konfliknya disaat Idol mereka hidup.
Idol sangat mempengaruhi gereja dan pekembangannya. Sampai seberapa kita dapat menerima kehadiran atau menghadirkan Idol/Berhala dalam kehidupan kekristenan?
Mohon tanggapan dan silahkan berbagi pendapat dan buah pikiran anda.