Menyama Braya Versus Ngalih Baas a Kilo
Sistem kemasyarakatan di Bali menyarankan kita untuk “Menyama Braya” atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai menyama = saudara, braya = kerabat ;yaitu persaudaraan yang erat dengan ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan “mesuka-duka”. “mesuka-duka”diartikan sebagai suka=senang;duka=sedih. Contoh kegiatan mesuka-duka: perayaan tiga bulanan bayi, metatah/mesangih, peminangan,pernikahan, kematian/ngaben , ngerorasan ( 12 hari setelah meninggal ) dan lain-lain.
“Ngalih Baas a Kilo” merupakan pepatah masyarakat bali yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah mencari beras satu kilogram. Maksudnya mencari uang untuk penghidupan.
Menjadi masyarakat Bali dalam sistem kemasyarakatan menyama-braya terkadang terjadi waktunya bersamaan dengan jadwal bekerja sebagai karyawan/pegawai di suatu perusahaan baik swasta, negeri maupun sebagai pengusaha sehingga membuat kita harus meninggalkan pekerjaan kita, sehingga secara tidak langsung bisa mengurangi omset usaha atau pemotongan gaji kita sebagai karyawan. Hal tersebut membuat masyarakat Bali dilema karena harus memilih 2 hal yang sangat penting di dalam kehidupannya. Apabila saya ikut menyama braya, saya tidak akan mendapatkan uang sedangkan kalau saya mencari uang, saya tidak akan bisa ikut menyama braya.
Kalau saya ikut menyama braya, pelanggan saya akan hilang ( pengusaha ),atau pekerjaan saya akan terbengkalai ( karyawan ). Kalau saya mencari uang; sering-sering tidak ikut menyama braya, saya akan menjadi buah bibir/ dibicarakan oleh masyarakat dan ekstrimnya bisa dikucilkan atau dipecat dari suatu kelompok “banjar” ( RT ) atau “pemaksan”.
Pilihan tersebut sebenarnya tergantung kesadaran kita akan pentingnya dalam kehidupan sosial bermasyarakat yang saling membantu dan saling membutuhkan.
Solusinya:
selengkapnya silahkan baca sini yaaaa… http://www.suryasehatsejahtera.blogspot.com/p/menyamabraya-versus-ngalih-baas-akilo.html