Segala bentuk dosa, penipuan, fanatisme gila, kedegilan, dan kejahatan - diperlihatkan di hadapan-Nya. Dan Ia melihat, seolah-olah semuanya itu melayang-layang di hadapan-Nya, segenap mereka yang murtad, para bidaah, dan para penggagas reformasi palsu, yang mengelabui manusia dengan penampilannya yang seolah kudus. Mereka yang rusak dan yang dirusakkan tabiatnya dari segala masa menyiksa serta menganiaya-Nya karena Ia tak disalibkan sesuai cara mereka, atau karena tidak menderita sengsara tepat seperti yang mereka tetapkan atau bayangkan bagaimana seharusnya Ia menderita. Mereka bersaing satu sama lain dalam merobek-robek jubah utuh Gereja-Nya. Banyak yang berlaku jahat, menghina serta menyangkal-Nya. Banyak yang merasa jijik, menggelengkan kepala kepada-Nya, mengelak dari pelukan kasih-Nya, dan bergegas menuju jurang yang dalam, di mana mereka pada akhirnya terbenam. Ia melihat mereka yang lain, yang tak terhitung banyaknya, yang tidak berani menolak-Nya secara terang-terangan, melainkan lewat dengan pandangan jijik melihat luka-luka Gereja-Nya, seperti orang Lewi lewat begitu saja melihat orang malang yang jatuh ke tangan perampok. Bagaikan anak-anak yang pengecut dan tak beriman, yang meninggalkan ibu mereka di tengah malam buta, saat melihat para pencuri dan perampok masuk karena kelalaian atau kejahatan mereka. Mereka melarikan diri dari Mempelai-Nya yang terluka. Ia melihat mereka ini semua, terkadang terpisah dari Pohon Anggur Sejati, dan beristirahat di antara pohon buah-buahan liar, terkadang bagaikan domba yang tersesat, yang ditinggalkan dalam belas kasihan serigala-serigala, dihantar oleh orang-orang upahan yang jahat ke padang-padang tandus, dan menolak masuk ke dalam kawanan Gembala Yang Baik, yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Mereka mengembara tanpa tempat tinggal di padang, di tengah sapuan pasir yang diterbangkan angin.
Mereka dengan keras kepala memutuskan untuk tidak melihat Kota-Nya yang ada di puncak gunung, yang tak tersembunyi, Rumah Mempelai-Nya, Gereja-Nya yang dibangun di atas batu karang, (Red VATICAN CITY lih Matius 5:14) dan kepada siapa Ia (YESUS) telah berjanji untuk tinggal hingga akhir jaman.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.Matius 5:14[/color]
Mereka membangun tempat tinggal yang goyah di atas pasir, di mana mereka terus-menerus harus merobohkan dan membangunnya kembali. Di dalam tempat tinggal mereka tak ada baik altar maupun kurban. Terdapat penjuru angin pada atap-atap rumah mereka, dan ajaran-ajaran mereka berubah-ubah seturut arah angin. Sebagai akibatnya mereka saling bertentangan satu dengan yang lainnya untuk selamanya. Mereka tak pernah dapat sampai pada pemahaman sejati, dan untuk selamanya goyah. Acap kali mereka merobohkan tempat tinggal mereka sendiri dan melemparkan bagian-bagiannya ke arah Batu Penjuru Gereja, yang senantiasa tetap tak tergoyahkan.
Hanya ada kegelapan dalam tempat-tempat kediaman mereka. Banyak di antara mereka, bukannya mengayunkan langkah menuju Lilin yang ditempatkan di atas Kandela di Rumah Mempelai Kristus, malahan mereka mengembara dengan mata tertutup di taman-taman Gereja.
… Mereka mengikuti bintang-bintang yang berkelana, yang menghantar mereka ke sumur-sumur tanpa air. Bahkan ketika di tepi jurang yang dalam sekalipun, mereka menolak mendengarkan suara sang Mempelai yang memanggil-manggil mereka. Meskipun sekarat karena lapar, mereka menertawakan, menghina dan mencaci-maki para hamba dan utusan yang diutus untuk mengundang mereka ke Perjamuan Nikah. Mereka bersikukuh menolak untuk masuk ke dalam taman, sebab mereka takut akan duri dari pagar tanam-tanaman. Meskipun mereka tidak mempunyai baik gandum untuk memuaskan rasa lapar mereka, maupun anggur untuk memuaskan dahaga mereka, tetapi mereka sepenuhnya mabuk dengan kesombongan dan harga diri. Mereka dibutakan oleh terang mereka sendiri yang menyesatkan, bersiteguh dalam pendirian mereka bahwa Gereja dari Sabda yang menjadi daging sesungguhnya tak kelihatan. Yesus melihat mereka semuanya. Ia menangis atas mereka, dan rela hati menderita sengsara demi mereka semua yang tidak melihat-Nya dan yang tidak mau memikul salib mereka mengikuti-Nya ke Kota-Nya yang dibangun di atas gunung - Gereja-Nya yang dibangun di atas batu karang, kepada siapa Ia telah memberikan DiriNya Sendiri dalam Ekaristi Kudus, dan kepada siapa alam maut tak akan menguasainya.
Nubuat Suster Anna Katharina Emmerick, seorang mistikus, stigmatis, visionaris (1774 - 1824)