Dalam keberagaman pemahaman dan pendapat, kita sering salah kaprah tentang : apa itu ofensif.
Contoh:
Dalam Kekristenan ada paham Arminianism dan ada juga paham Calvinism.
- Mengatakan Calvinism sebagai benar, secara logika otomatis pasti mengatakan Arminianism tidak benar. Walau yang bersangkutan tidak eksplisit mengatakan seperti itu.
- Demikian juga sebaliknya, mengatakan Arminianism sebagai paham yang benar, secara logika otomatis pasti mengatakan Calvinism tidak benar. Walau yang bersangkutan tidak eksplisit mengatakan seperti itu.
Demikian juga, konteks SARA. Kalimat : tidak boleh membuat topik yang berbau SARA bisa diartikan secara rancu. Sara adalah singkatan dari : Suku, Agama, dan Ras.
Ini adalah forum Agama, tentu saja pasti mengandung salah satu elemen SARA.
Maka tentunya yang dihindari sehubungan dengan SARA (khususnya Agama) adalah penistaan agama, bukan : tidak boleh membahas suatu agama, atau tidak boleh tidak menyetujui ajaran tertentu dari suatu agama/denominasi/aliran. Karena ini justru forum diskusi agama di mana pasti ada pro dan kontra.
Ofensif dan tidak ofensif seharusnya dilihat berdasarkan kaidah etika pada umumnya, bukan berdasarkan topik : menyetujui atau tidak menyetujui paham/aliran/denominasi tertentu. Pro dan kontra tidak terhindarkan dan pasti merupakan bagian dari kita semua, diungkapkan atau tidak diungkapkan. Mempertahankan suatu pendapat otomatis membawa konsekuensi menyalahkan pendapat yang berbeda.
GBU